Menu

Sunday, 22 January 2017

Bokuto Ringo: 'Penjudi"


Dua belas dari penjaga Boss Kedua mengawal penjudi dari dermaga ke tempat sampah yang di tutupi kain, kemudian melalui jalan-jalan yang bercabang ke sebuah gedung pencakar langit berdinding kaca. Para penjaga mengambil posisi di sekitar lobi, lift terbuka. Seorang wanita dengan sarung tangan putih dan topi membungkuk rendah dan memberi isyarat kepadanya untuk masuk, lalu menekan tombol untuk penthouse (tempat vip hotel/apartemen yang berada paling atas). Saat pintu tertutup, dia diam-diam melirik pada tato ikan koi yang cerah dan tato bunga krisan pada kulit yang di tunjukkan di bawah para penjudi naga giok-terhiasi kimono, matanya melesat lagi ke lantai saat melihat senyum provokatif.



Pintu lift terbuka ke ruangan elegan diterangi oleh dua lilin besar beraroma kayu. Si Penjudi melalui rak sepatu dan melangkah ke tikar tatami dengan sepatu tabi nya, wanita lift tersentak terhadap kekurang ajarannya, pintu ditutup.

Di sekitar ruangan si penjudi itu berjalan, mengagumi lukisan-lukisan di dinding dan langit-langit, melewati layar sutra dan meja rendah yang di atasnya terdapat sebuah mangkuk dadu. Dia berhenti sejenak di sebuah kabinet yang dipernis untuk membantu dirinya meneguk sake dari sebuah kendi perak. Dia mengintip melalui dinding geser dari kertas hanya untuk menangkap wajah penuh bulu halus seperti bulu dada kucing. Si penjudi menatap, menatap, menatap pada Grangor (silahkan baca Glaive Lore) , mengambil satu langkah mundur, dan mengangkat kendi. "Kamu terlihat tidak asing," katanya.

Grangor mengeram.

Dari belakang penjaga galak muncul yang terkenal karena berperut buncit-seperti pot, empat lengan beruang hybrid bersenjata dikenal sebagai Bos Kedua di Gerbang Taizen, mengenakan kimono emas yang diukir. Matanya melihat ke kendi sake tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya melirik ke penjaga Grangor nya sebelum menetap di atas bantalan besar di depan podium.

"Ringo," kata Bos Kedua, mengisyaratkan ke bantalan yang ada di depannya, " Bakuto (Penjudi dalam bahasa Jepang) paling beruntung di dunia, mereka bilang."

"Setiap anjing memiliki hari keberuntungannya." Ringo membungkuk dan melangkah kembali, menetap ke atas bantalan yang ditunjukkan.

"Beruang ini belum memiliki harinya," kata Bos Kedua. Dia melepaskan kimono nya, menunjukkan dada berbulu. "Mungkin saatnya aku mengambil anjing sebagai hewan peliharaan."

"Keberuntungan ku akan menjadi milikmu," kata si penjudi. Dia, juga, melepas turun kimono ke hakama (rok tradisional jepang) nya, menampilkan tato topeng monster merah di punggungnya.

"Aku membuat keberuntungan ku sendiri," jawab Bos Kedua. Dia memetik mangkuk dadu dan dadu di dalamnya, menggenggam nya ke arah si penjudi. "Keberatan?"

"Tidak"

Grangor di pintu geser membalikkan wajah tak terlihatnya ke arah meja.

Bos Kedua menyimpan dadu ke dalam mangkuk, mengguncang dan membantingnya ke meja. "Apa taruhan mu?"

Si penjudi menatap ke mata sengit Bos Kedua. "Aku bertaruh angka dadu yang besar."

"Aku tidak mengambil resiko dengan uangku," jawab Bos Kedua.

"Dan aku,"kata si penjudi, "jangan curang."

Sebelum Bos Kedua bisa menjawab, si penjudi telah menarik pistol otomatisnya dan melepaskan dua tembakan, satu melewati setiap nyala api lilin. Dalam gelap gulita terdapat suara kertas tebal yang robek, meja yang hancur dan gerangan dalam dari hewan buas berbulu terkunci dalam pertempuran-lalu: keheningan.

Sebuah garis cahaya tipis melarikan diri dari pintu lift yang terbuka. Mata penasaran petugas bersilang terpaku pada pistol yang telah bersandar di kening nya. Si penjudi berjalan ke depan, memaksanya untuk masuk kembali ke dalam lift, kimono nya tergantung longgar dari bahunya, kendi sake terikat pada hakama nya. Grangor mengikuti dan berdiri di dinding yang jauh.

"Turun, cinta," bisikan si penjudi saat dia menyarungkan pistolnya.

"Kau tidak menunggu sinyal," geram Grangor.

"Saya tidak pernah melakukan, teman lama," kata si penjudi.

Sarung tangan petugas gemetar saat dia menekan tombol. Sebelum pintu lift tertutup, dia melihat Bos Kedua, diikat tanpa bergerak dengan kimono emasnya sendiri, mangkuk dadu berada di kepalanya seperti topi.

Bersambung...

Original story here Vainglorygame.com

Lihat juga Lore Ringo Part I.
Lihat juga Lore Ringo Part II.
Lihat juga Lore Ringo Part III.
Lihat juga Lore Shogun Ringo.
Semua Lore

No comments:

Post a Comment